AS-Saudi selalu ramah, bahkan jika mereka suka berkelahi Bagaimana ceritanya?

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, berkunjung ke Arab Saudi pada Jumat (15 Juli), menghidupkan kembali hubungan kedua negara yang sebelumnya bersahabat namun kerap diwarnai aksi kekerasan.
>Kemesraan kedua negara sebenarnya sudah terlihat sejak awal berdirinya Kerajaan Arab Saudi puluhan tahun lalu. Namun, di tengah mulusnya hubungan kedua negara, masih ada kerikil yang beberapa kali muncul: politik Iran.
Namun hubungan kedua negara memang vital. Arab Saudi adalah pengekspor minyak terbesar di dunia, sedangkan AS adalah penjual senjata militer asing terbesar di dunia. >1931
Pada tahun 1931 Amerika Serikat mengakui Kerajaan Hijaz dan Nejd. Setahun kemudian, kerajaan beralih ke Arab Saudi.
1933Arab Saudi memberikan izin eksplorasi minyak kepada Standard Oil of California, anak perusahaan perusahaan minyak Saudi. Perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi Aramco.
Pada tahun 1950, Arab Saudi menegosiasikan ulang lisensi Aramco untuk menghasilkan lebih banyak pendapatan.
1945Presiden AS saat itu, Franklin D. Roosevelt bertemu Raja Saudi Abdulaziz di atas USS Quincy di Terusan Suez. Ini menandai hubungan erat selama puluhan tahun antara kedua negara.
1951Saudi dan AS menyepakati perjanjian bantuan pertahanan bersama. Langkah ini membuka jalan bagi penjualan senjata AS.
1973Saudi memberlakukan embargo minyak Arab terhadap AS dan negara-negara lain karena dukungan mereka terhadap Israel dalam perang 1973.
Harga minyak sudah lebih tinggi Ketika embargo dicabut pada tahun 1974, hampir empat kali lipat.
1979Berkat bantuan Amerika Serikat dan Pakistan, Saudi mampu membantu perjuangan Afghanistan terhadap keuangan pendudukan Soviet.
Banyak orang Saudi, termasuk Osama bin Laden, didanai dan bergabung dengan pejuang Afghanistan.
1980Arab Saudi menyelesaikan pembelian 100 persen Aramco.
1990Irak menginvasi Kuwait. Tahun berikutnya, pasukan pimpinan AS menggunakan pangkalan Saudi sebagai landasan peluncuran bagi militer yang dikirim untuk mendukung Kuwait.
Sebagian besar pasukan AS kemudian meninggalkan Riyadh, tetapi banyak yang tetap tinggal.
1996Sebuah bom truk menewaskan 19 tentara Washington di kompleks militer AS di Khobar. Pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden menyatakan jihad melawan Amerika yang menduduki Arab Saudi.
Berikutnya >>>
Komentar
Posting Komentar